GOWA, RadarEkspres – Dalam rangka mengenang perjuangan dan warisan para leluhur, rombongan santri Tajul Khalwatiyah melakukan ziarah ke sejumlah makam wali dan tokoh bersejarah di Sulawesi Selatan. Perjalanan spiritual ini meliputi Makam Datok Panggentungan, Sultan Hasanuddin, Arung Palakka, I Lo’mo ri Antang, Karaeng Moncongloe, serta makam raja-raja Tallo, sebelum akhirnya menutup rangkaian ziarah di Benteng Somba Opu.
Ziarah diawali dengan kunjungan ke Makam Datok Panggentungan, seorang tokoh berpengaruh dalam penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Doa dan tahlil dipanjatkan sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Bugis-Makassar.
Selanjutnya, rombongan menuju Makam Sultan Hasanuddin, pahlawan nasional yang dikenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur”. Di hadapan makamnya, para santri mengenang semangat perjuangan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatan Kerajaan Gowa dari penjajahan VOC pada abad ke-17.
Perjalanan berlanjut ke Makam Arung Palakka, tokoh yang memiliki peran besar dalam sejarah Kerajaan Bone. Meskipun namanya kerap menjadi perdebatan dalam sejarah, Arung Palakka tetap diakui sebagai pemimpin yang berpengaruh bagi masyarakat Bugis.
Rombongan kemudian melanjutkan ziarah ke Makam I Lo’mo ri Antang, salah satu tokoh penting dalam sejarah Sulawesi Selatan yang dikenal dengan kebijaksanaannya dalam memimpin. Setelah itu, mereka menuju Makam Karaeng Moncongloe, sosok yang dihormati dalam sejarah Gowa dan dikenal atas kontribusinya dalam menjaga tradisi serta nilai-nilai budaya Makassar.
Ziarah berlanjut ke Makam Raja-Raja Tallo, yang merupakan pusat pemerintahan penting dalam sejarah Gowa-Tallo. Para raja Tallo memainkan peran besar dalam penyebaran Islam dan perkembangan politik di Sulawesi Selatan.
Sebagai penutup, rombongan mengunjungi Benteng Somba Opu, bekas pusat pertahanan Kerajaan Gowa yang menjadi saksi bisu perlawanan rakyat Sulawesi terhadap penjajahan. Benteng ini tidak hanya menjadi simbol ketangguhan Gowa, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya yang harus dilestarikan.
Arung Kurniawan dari Tetta Kampong Buluttana, salah satu rombongan ziarah, mengungkapkan harapannya agar generasi muda semakin memahami sejarah dan mengambil pelajaran dari perjuangan para leluhur.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menginspirasi generasi penerus untuk terus menjaga warisan budaya dan nilai-nilai perjuangan para pendahulu kita,” tuturnya.
Salah satu rombongan santri, Ibnu, menambahkan bahwa meskipun hujan turun saat berangkat ke makam situs Raja-Raja Tallo dan Benteng Somba Opu, hal itu tidak menghalangi kami untuk melaksanakan salah satu ibadah berziarah.
“Hujan tak menghalangi kami untuk berziarah ke makam para wali dan tokoh sejarah Sulawesi Selatan. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengingat bagi kami akan perjuangan mereka,” ungkapnya.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan masyarakat semakin menghargai sejarah serta mengambil hikmah dari perjuangan para tokoh besar yang telah memberikan kontribusi bagi agama, budaya, dan bangsa. Ziarah ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai perjuangan dan spiritualitas harus terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Laporan: (Red)