RADARNKRI.Com I Gowa – Menulis di media massa memerlukan jurus khusus. Jurus itu bukan jurus sembarangan, melainkan harus jurus pamungkas,” jelas Dito Anurogo
Inisiator sekolah menulis Writenesia dalam kegiatan Basic of Creative and Scientific Writing Batch pertama di Waterfront Planning Laboratory, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Kampus Gowa, Universitas Hasanuddin Makassar.
Kegiatan yang diikuti oleh 15 peserta dari lintasprofesi dan berbagai daerah ini didukung oleh Fakultas Kedokteran Unismuh, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh, serta sembilan mitra lainnya.
‘’Jurus Pamungkas’’ itu merupakan akronim dari Jatidiri, Usaha, Resolusi, Unconventional, Silaturahmi, Peluang, Asah-Asih-Asuh, Mindset-motivasi, Ungkapnya
Nilai-Nikmatilah, Gabungkanlah, Kredibilitas-Kompetensi, Action-Astonishing, Sinergitas-Spiritualitas-Solutif. Penjelasan singkatnya sebagai berikut. Tulisan seseorang agar dimuat di media massa perlu memiliki jatidiri dan karakter kuat.
Upayakan terus berlatih dan berproses untuk menajamkan pena. Resolusi diri, disertai refleksi dan kontemplasi perlu selalu diupayakan oleh penulis. Pakailah pendekatan dan perspektif berpikir yang berbeda di dalam menuliskan sesuatu.
Perluas silaturahmi untuk memperkaya ide dan tulisan. Jangan hanya menunggu peluang, namun ciptakanlah. Asah itu berbicara tentang passion, asih tentang compassion, dan asuh tentang proses kaderisasi penulis. Miliki motivasi mulia saat menulis agar tulisan kita mencerahkan peradaban.
Motivasi itu tak lain untuk mencari rida Allah. Ungkapkan ide dan pemikiran kita dalam bahasa yang mudah dipahami pembaca. Tulisan yang baik selalu memiliki nilai dan membawa pesan moral. Gabungkanlah paradigma berpikir, sinergiskan otak kanan dan otak kiri. Tingkatkan kredibilitas dan kompetensi sebagai penulis agar kualitas tulisan kita terpercaya. Segera lakukan tindakan nyata, yakni menulis.
Tulisan yang mencerahkan peradaban itu kuncinya adalah keterpaduan antara sinergitas, spiritualitas, dan solutif.
Pria penulis 20 buku sekaligus dosen di FK Unismuh itu menyarankan kepada peserta agar meluangkan waktu setiap hari untuk membaca 1 jam dan menulis 1 jam. Dari sinilah motivasi ”One Day One Paper” itu perlu menjadi komitmen bagi penulis pemula.
Namun, ia juga menyarankan untuk hidup sehat dan seimbang dan perlunya penulis untuk memanjakan diri sendiri, agar karyanya tetap berkualitas dan berkelas.
Konsistensi di dalam kepenulisan ini juga diungkapkan oleh Bachtiar Adnan Kusuma, pembicara pertama di dalam sekolah Menulis Writenesia 2018.
Penggagas dan motivator perpustakaan Lorong Kampung ini menyarankan agar hendaknya semua orang membiasakan diri untuk membaca buku 15 menit setiap hari. Banyak membaca buku merupakan modal dasar dan utama di dalam kepenulisan. Tanpa modal dasar ini, penulis tak mungkin menghasilkan ”mahakarya”.
Masih berbicara tentang kepenulisan, penulis 600 buku dan Sekjen Asosiasi Penulis Profesional Indonesia itu juga menyampaikan tentang ide.
Menurutnya, aktivitas menulis ibarat makan atau minum. Saat lapar atau haus, seseorang pastilah langsung mencari makanan ataupun minuman. Begitu pula dengan menulis, saat terlintas ide, penulis harus peka, segera mencatat, dan menyempurnakannya menjadi tulisan yang utuh.
Kegiatan berlangsung lancar dan sukses.
Survei acak yang diadakan panitia menyatakan kepuasan peserta tinggi. Beberapa peserta bahkan amat antusias dan tak sabar menyatakan ingin segera menerbitkan bukunya. Ini terkait dengan tantangan dari Bachtiar Adnan Kusuma untuk menyelesaikan satu buku dalam waktu satu bulan.
Di akhir kegiatan, panitia -yang terdiri dari gabungan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unismuh dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh- melakukan evaluasi singkat di Galeri Investasi BEI Unismuh.
Mereka bersepakat agar kegiatan seperti ini berkelanjutan dengan kualitas yang meningkat. [Reportase oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc. dokter literasi digital, dosen FK Unismuh Makassar, penulis 20 buku (FI)