RADARNKRI.Com I Jakarta – Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri keempat atau disebut juga Industri 4.0. Era ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin automasi yang terintegrasi jaringan internet (internet of things).
Di kutip dari Kompas.com, Industri 4.0 diperkenalkan sejak 2011 di Jerman yang juga menjadi momentum penerapan ekonomi digital.
Ada lima teknologi utama yang menopang penerapan Industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human-Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.
Melalui penerapan Industri 4.0, diharapkan proses produksi manufaktur menjadi semakin efisien sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan daya saing.
Making Indonesia 4.0
Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan Industri 4.0 guna membangun industri manufaktur yang berdaya saing global.
Komitmen ini ditandai dengan peluncuran “Making Indonesia 4.0” oleh Presiden Joko Widodo awal April 2018 lalu sebagai peta jalan dan strategi Indonesia dalam memasuki era digital yang tengah berjalan.
“Harapannya dengan implementasi Industri 4.0 ini, Indonesia dapat mencapai Top Ten (10 besar) ekonomi global pada tahun 2030 melalui peningkatan angka ekspor netto kita kembalikan sebesar 10 persen dari PDB,” ungkap Jokowi.
Penamaan Making Indonesia 4.0 menurut presiden juga sangat tepat karena memliki arti yang bagus, yaitu membangun kembali perindustrian Indonesia ke era baru pada revolusi industri keempat dan merevitalisasi industri nasional secara menyeluruh.
Selain itu, aspirasi lainnya adalah peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi, serta mewujudkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 10 juta orang pada tahun 2030.
Lima Sektor Industri Prioritas
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menetapkan lima sektor manufaktur yang akan diprioritaskan pengembangannya.
Lima sektor itu yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia.
“Selama ini, dari lima sektor industri itu mampu memberikan kontribusi sebesar 70 persen untuk PDB industri, kemudian menyumbang 65 persen terhadap total ekspor, dan 60 persen tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto.
Menteri Airlangga juga berharap agar pertumbuhan PDB bertambah 1-2 persen. Jika saat ini rata-rata PDB adalah 5 persen, nantinya bisa menjadi 6-7 persen. Dengan capaian itu, penciptaan lapangan kerja naik 30 persen dan kontribusi industri di angka 25 persen.
Kemenperin mencatat, periode triwulan I tahun 2018, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen, naik dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80 persen.
Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen yang diikuti oleh industri makanan dan minuman sebesar 12,70 persen.
Selanjutnya industri logam dasar mengalami pertumbuhan sebesar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian menjadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan sebesar 6,33 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor industri yang menjadi fokus pada penerapan Industri 4.0 mampu menunjukkan kinerja yang baik.
10 Inisiatif Strategis Nasional
Dalam rangka mewujudkan target tahun 2030, Pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional. Sepuluh inisiatif strategis nasional itu yakni:
Perbaikan alur aliran barang dan material melalui pengembangan industri hulu.
Pendesainan ulang zona industri di seluruh wilayah Indonesia dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus prioritas.
Pengakomodasian standar-standar keberlanjutan untuk peluang industri di masa depan seperti berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan.
Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui teknologi, antara lain fasilitasi platform e-commerce.
Pembangunan infrastruktur digital nasional, termasuk jaringan internet kecepatan tinggi, cloud, pusat data, security management, dan infrastruktur broadband.
Upaya menarik minat investasi asing untuk mendorong transfer teknologi dan perluasan pasar.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penyesuaian kurikulum pendidikan dan meningkatkan kualitas sekolah kejuruan (vokasi).
Pembangunan ekosistem inovasi melalui pengembangan pusat litbang dan desain.
Insentif untuk investasi teknologi guna mendorong adopsi teknologi maju.
Harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing industri yang konsisten dan ramah bagi iklim investasi.
Diyakini 10 inisiatif strategis nasional itu dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global.(BI)